Pengikut

Selasa, 06 April 2010

JURNAL YANG BERKAITAN DENGAN RISET

Teori akuntansi merupakan penalaran yang nyata dalam bentuk azas atau prinsip yang merupakan untuk menilai dan mengembangkan praktek-praktek akuntansi yang sehat. Akuntansi sebagai ilmu yang empiris dan berdasarkan logika terus berkembang dari periode ke periode.
Hal ini terlihat pula pada definisi yang dikemukakan oleh para ahli akuntansi. Menurut Niswonger-Fess-Warren :
Proses mengenali, mengukur dan mengkomunikasikan informasi ekonomi untuk memperoleh pertimbangan dan keputusan yang tepat oleh pemakai informasi yang bersangkutan.
Ahmed Belkaoni mengusulkan suatu suatu hirarki unsur-unsur dari struktur teori akuntansi sebagai berikut :
a. Laporan Keuangan Obyektif (Objektives Of Financial Statement)
b. Akuntansi Postulat (The Postulat Accounting)
c. Konsep Teori (The Theoritical Concept)
d. Prinsip-prinsip (The Principles)
e. Teknik-teknik Akuntansi (The Accounting Techniques)
Tujuan Akuntansi
Hasil akhir daripada kegiatan akuntansi adalah penyajian laporan keuangan dan perlu dipahami mengenai laporan keuangan tersebut.

Laporan keuangan dihasilkan dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan :
- Intern
- Ekstern.
Menurut Standar Akuntansi keuangan,tujuan laporan keuangan adalah :
”Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, bekerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”.(PSAK 2002;23 Paragraf 12)

Standar Akuntansi
Ilmu akuntansi adalah suatu ilmu yang lebih merupakan seni pengelolaan data yang dalam pelaksanaan untuk mempersiapkan laporan keuangan, mencatat, mengklasifikasi dan mengikhtisarkan sejumlah data keuangan atau transaksi, menggunakan metode atau dasar-dasar tertentu. Dasar inilah yang disebut standar akuntansi.
Standar ini dibuat melalui suatu proses pembentukan yang terjadi secara berangsur-angsur selama suatu masa yang agak panjang dari praktek-praktek akuntansi. Di sini fakta-fakta kebiasaan dan asumsi-asumsi bahkan taksiran-taksiran berdasarkan batas-batas tertentu yang akan dijadikan dasar. Justru karena sifatnya yang tidak eksas inilah, maka dibutuhkan ”Standar Akuntansi yang Lazim”. Tanpa adanya patokan-patokan ini maka para akuntan akan menyusun laporan keuangan dengan cara sendiri-sendiri. Standar akuntansi merupakan dasar dalam akuntansi yang telah diterima umum kebenarannya.
Standar akuntansi menurut Zaki Baridwan (1997; 10) antara lain :
a. Historical Cost Principle(Prinsip Biaya Historis)
b. Revenue Principle (Prinsip Pendapatan)
c. Matching Principle (Prinsip Mempertemukan)
d. Consistency Principle (Prinsip Konsistensi)
e. Disclousure Principle (Prinsip Pengungkapan)

Pengertian Pendapatan dan Beban
Definisi pendapatan secara umum adalah peningkatan dari laba atau income sebuah perusahaan. Selain itu, pendapatan juga merupakan sebuah elemen penting yang harus dikaitkan dalam menentukan laba sebuah perusahaan.
Untuk memberikan gambaran lengkap mengenai pendapatan. Definisi pendapatan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia menjelaskan:
”Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.(SAK 2002; PSAK; 23 Paragrap 6)

Dalam hal ini definisi yang dikemukakan oleh IAI menyatakan bahwa pendapatan merupakan adanya arus masuk kas, piutang, dan lain-lain, yang timbul atas aktivitas perusahaan, seperti penjualan barang atau jasa atau pemanfaatan sumber daya perusahaan yang dapat menghasilkan bunga, royalti, deviden yang dapat mengubah atau mempengaruhi besarnya modal kepemilikan yang bukan merupakan penambahan modal baru dari para pemiliknya atau merupakan asset dari modal lainnya.
Pengertian Pendapatan Menurut Zaki Baridwan:
”Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha”.(1997; 30)

Definisi yang dikemukakan Zaki Baridwan adalah adanya penambahan aktiva
perusahaan atau penurunan nilai hutang atas kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan baik itu dalam bentuk barang ataupun jasa selama satu periode akuntansi.
Dalam buku teori akuntansi yang ditulis oleh Eldon S.Hendrikson dan diterjemahkan oleh Marianus Sinaga, Committe on Accounting Conceps and Standart of the American Association merumuskan pendapatan dalam pernyataan sebagai berikut:
”Pendapatan adalah ekspresi moneter dari keseluruhan produk atau jasa yang ditransfer oleh suatu perusahaan kepada pelanggannnya selama satu periode”.(1999; 164)

Pengertian ini menjelaskan bahwa pendapatan dinyatakan dengan satuan mata uang, yang diperoleh dari hasil penyaluran barang atau jasa kepada konsumen atau pelanggan selama periode tertentu.
Selain itu, Jay M Smith dan K Freed Skousen dalam buku akuntansi intermediate menjelaskan pula mengenai pengertian pendapatan sebagai berikut:
”Arus masuk atau penambahan lain atas aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajiban-kewajibannya (atau kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas”.(1999; 123)

Pengertian ini menjelaskan bahwa pendapatan merupakan aliran dana yang masuk atau kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban maupun kombinasi keduanya, yang diperoleh dari hasil kegiatan usaha perusahaan.

Pengertian Beban
Seperti istilah pendapatan, istilah beban juga merupakan konsep arus, yang menggambarkan perubahan yang mengurangi sumber daya perusahaan. Tetapi tidak semua perubahan yang tidak menguntungkan itu termasuk beban. Berikut ini akan diberikan beberapa pendapat mengenai beban yang dikutip dari berbagai bahan bacaan.
Menurut kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan Standar Akuntansi Keuangan mendefinisikan Beban sebagai berikut:
Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk kas keluar atau berkurang nya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal”.((PSAK 2002; 23 Paragraf 70)

Pengertian ini menjelaskan bahwa beban merupakan penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk kas keluar atau penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban dalam periode tertentu dan terjadi bukan karena adanya pembagian kepada para penanam modal.
Dalam buku akuntansi intermediate yang ditulis oleh Smith dan Skousen yang diterjemahkan oleh tim penerjemah penerbit Erlangga, Statement Of Financial Accounting Concept No 6 menyatakan:
”Beban adalah arus keluar atau pemakaian aktiva atau terjadinya kewajiban (atau kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau pelaksanaan aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas”.(1999; 123)

Pengukuran Pendapatan dan Beban
A. Pengukuran Pendapatan
Standar Akuntansi Keuangan menjelaskan mengenai pengukuran pendapatan sebagai berikut:
”Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang akan diterima atau dapat diterima”.(PSAK 2002; 23 Paragraf 8)

Pada umumnya nilai tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan yaitu jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Dengan kata lain pengukuran pendapatan mengacu pada nilai sekarang dari uang atau ekuivalen uang yang akhirnya akan diterima perusahaan sebagai hasil proses produksi atau transaksi pendapatan. Selanjutnya Standar Akuntansi menjelaskan bahwa:
”Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima perusahaan dikurangi diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan”.(PSAK 2002; 23 Paragraf 9)

Pengukuran pendapatan berdasarkan standar akuntansi keuangan ini mengisyaratkan adanya suatu kesepakatan antara perusahaan dengan konsumen atau pelanggan. Ini berarti dalam pengukuran pendapatan terdapat nilai tukar antara barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan dengan imbalan yang diterima. Jumlah sesungguhnya yang pada akhirnya dapat diterima perusahaan dalam bentuk kas atau setara kas, setelah dikurangi potongan semestinya, akan dicatat sebagai pendapatan perusahaan.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) memberikan sejumlah standar prngukuran untuk digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda. Dasar untuk pengukuran tersebut adalah:

a. Biaya Historis (Historical Cost)
b. Biaya Periode Sekarang (Current Cost)
c. Nilai Realisasi atau penyelesaian (Realizeable/Settlement Value)
d. Nilai Sekarang (Present Value)
B. Pengukuran Beban
Dari definisi yang menyatakan beban sebagai penurunan dalam aktiva bersih perusahaan, maka alat ukur yang digunakan adalah nilai barang dan jasa pada waktu digunakan dalam operasi utama perusahaan. Istilah nilai memiliki banyak arti, tetapi dalam konteks ini barang digunakan untuk menggambarkan harga tukar barang atau jasa.
Menurut Eldon S. Hendriksen tujuan pengukuran beban adalah:
”Mengukur jumlah yang dibebankan ke periode berjalan dan menunda ke periode yang akan datang jumlah yang menggambarkan perubahan barang atau jasa yang akan dipakai dalam periode mendatang”.(1999; 180)

Dari uraian tersebut, dasar pengukuran yang lazim digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan adalah menggunakan biaya historis (historical cost) karena dianggap paling obyektif dan dapat diperiksa kebenarannya.

Pengakuan Pendapatan dan Beban
A. Pengakuan Pendapatan
Di dalam hal pengakuan pendapatan, ada dua konsep yang sangat erat kaitannya dengan pengakuan pendapatan, yaitu konsep pembentukan pendapatan dan konsep realisasi. Yang dimaksud dengan konsep proses pembentukan pendapatan adalah bahwa pendapatan dianggap terbentuk atau terhimpun bersamaan dengan seluruh operasi perusahaan (produksi, penjualan dan pengumpulan piutang).
Sedangkan yang dimaksud konsep realisasi adalah bahwa pendapatan baru terbentuk atau terhimpun setelah produk selesai dikerjakan dan terjual langsung atau terjual atas dasar kontrak penjualan. Realisasi ini menggambarkan pelaporan pendapatan bila pertukaran telah terjadi. Artinya, barang atau jasa harus telah diserahkan kepada pelanggan atau klien dan bersamaan dengan itu menimbulkan kenaikan penerimaan kas. Jadi istilah realisasi umumnya berarti pelaporan pendapatan bila telah didukung penjualan.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sprouse dan Moonitz yang dikutip oleh Eldon. S. Hendriksen dalam bukunya Teori Akuntansi:
”Pendapatan seharusnya diidentifikasikan dengan periode selama mana kegiatan utama ekonomik yang diperlukan untuk menciptakan dan membagikan barang dan jasa telah selesai, asal saja pengukuran obyektif atas hasil kegiatan itu tersedia. Kedua kondisi ini, yaitu tercapainya kegiatan utama ekonomik dan obyektivitas pengukuran, dipenuhi pada berbagai tahap kegiatan yang berbeda dalam kasus yang berbeda, kadang-kadang sama lambatnya dengan waktu penyerahan produk atau pelaksanaan jasa, dan dalam kasus lain, pada suatu titik yang lebih dini”.(1999; 167)

Uraian ini menjelaskan bahwa pendapatan dapat diakui dan dilaporkan pada saat kegiatan ekonomi yang utama untuk menciptakan dan mendistribusikan barang dan jasa telah diselesaikan dan pengukuran pendapatan dapat diverifikasi secara tepat.

Selain prinsip realisasi, suatu alternatif lain juga dikemukakan oleh Eldon. S. Hendriksen dalam buku Teori Akuntansi yang menyatakan titik waktu untuk pengakuan pendapatan sebagai berikut;
”Konsep kejadian kritis menganjurkan bahwa waktu yang paling tepat adalah pada saat keputusan yang paling kritis diambil atau pada saat tugas yang paling sulit dilaksanakan”.(1999; 168)

Atas dasar konsep tersebut di atas maka secara teoritis titik waktu dari pengakuan pendapatan dapat dilakukan pada berbagai saat,yaitu:
1. Pendapatan diakui pada saat proses produksi
2. Pendapatan diakui pada saat selesainya produksi
3. Pendapatan diakui pada saat penjualan
4. Pendapatan diakui pada saat penerimaan kas
B. Pengakuan Beban
Beban adalah semua yang dibebankan kepada produk dan jasa yang akan dijual untuk mendapatkan pendapatan. Menurut teori Matching Concept yang dikemukakan oleh Sofyan S. Harahap, maka:
”Beban harus dibebankan sesuai dengan pengakuan dan periode penghasilan. Dalam hal melakukan matching, maka pemebebanan harus dilakukan secara rasional dan sistematis. Dalam hal Beban yang dikeluarkan masih memiliki potensi menghasilkan di masa yang akan datang maka dapat ditunda pembebanannya sebaliknya jika tidak ada kemungkinannya lagi maka langsung dibebankan”.(2002; 224)

Pengakuan beban menurut kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan menyatakan bahwa:
”Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal”.(PSAK 2002; 23 Paragraf 94)

Pencatatan pendapatan dan beban yang diterapkan pada setiap perusahaan mungkin berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh sifat masing-masing jenis usaha tersebut dalam mengakui pendapatan dan beban, maka cara pencatatan pendapatan dan beban yang dilakukan perusahaan tergantung pada metode pengakuan pendapatan yang diterapkan.

0 komentar:

Posting Komentar